Kini, mulai muncul kampung-kampung eksklusif turis asing di Bali. Di antaranya, kampung Rusia di Kecamatan Kuta Selatan, Badung dan kampung khusus warga negara asing (WNA) di Ubud, Gianyar.
Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) Badung mengungkapkan ada perkumpulan WNA Rusia yang menyewa satu penginapan di Kuta Selatan. Itu seperti dilaporkan kepala lingkungan di Kelurahan Benoa.
“Ada indikasi seperti itu. Warga negara ini menyewa satu tempat penginapan. Kalau dibilang mengungsi juga tidak. Mereka informasinya membayar, menyewa. Ini sudah kami selidiki bersama Imigrasi,” kata Ketua Timpora Badung I Nyoman Suwendi seperti dikutip dari detikBali.
Tak hanya menyewa satu penginapan dengan kelompoknya, turis-turis Rusia tersebut diduga mengganggu kenyamanan warga sekitar. Sebab, mereka beraktivitas selayaknya berada di negara sendiri. Termasuk memiliki pekerjaan laiknya warga lokal.
Saat ini, Timpora Badung disebut masih mengumpulkan bukti dengan menelusuri tempat tinggal bule tersebut.
Jadi, dalam rangka mengantisipasi tindakan melanggar aturan, kami perlu waktu untuk cek ke lapangan,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Badung itu.
Kampung Eksklusif di Ubud
Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace menyebut ada kampung eksklusif yang seolah-olah dikuasai sekelompok WNA tertentu di Ubud.
“Banyak sekali warga negara tertentu. Bahkan, ada yang menyebutnya kampung negara tertentu karena dia eksklusif, tertutup. Tidak tahu apa yang terjadi di dalam tembok lingkungan yang mereka bangun itu,” kata dia.
Cok Ace juga menyoroti maraknya ulah WNA, seperti mengendarai sepeda motor ugal-ugalan di jalan, hanya memakai pakaian dalam, hingga boncengan bertiga. Menurutnya, ulah bule tersebut mengganggu kenyamanan masyarakat Bali.
“Beberapa bulan terakhir ini, ketenangan, kenyamanan masyarakat Bali termasuk wisatawan yang ke Bali agak terusik oleh ulah wisman dari negara tertentu,” ujar bangsawan Puri Ubud tersebut.
Cok Ace juga mencontohkan WNA yang sempat berkonflik dengan masyarakat hingga polisi.
“Mereka melakukan konflik dengan masyarakat, dengan polisi, bahkan sesama wisatawan. Beberapa hari lalu, ada wisatawan mancanegara yang berantem dengan temannya sendiri,” tuturnya.
Tak hanya itu, Cok Ace menyoroti WNA yang memanfaatkan Bali untuk menjalankan usaha, seperti spa dan tempat pelatihan motor. Untuk itu, masalah ini menjadi prioritas pemerintah untuk menertibkannya.
“Ini juga jadi prioritas kami untuk menertibkan WNA di Ubud, Sanur. Penertiban ini menyangkut masalah pembinaan, tindakan hukum apabila ada pelanggaran pidana, bahkan deportasi,” katanya.