Scroll untuk baca artikel
Opini Publik

Mengenal Kota Saranjana: Lokasi, Asal-usul Nama

3
×

Mengenal Kota Saranjana: Lokasi, Asal-usul Nama

Sebarkan artikel ini

Kota Saranjana menjadi perbincangan di media sosial. Hal tersebut berdasarkan, foto yang diambil wisatawan asal Makassar di Gunung Mamake, Kalimantan Selatan pada malam hari.

Foto tersebut menujukkan perbedaan dari alam yang sesungguhnya. Pada foto terlihat seperti gedung dari deretan gedung seperti kota metropolitan yang terlihat dari kejauhan.

ADVERTISMENT
SCROLL KEBAWAH UNTUK LIHAT KONTEN

Dipercaya, Kota Saranjana sebagai kota gaib misterius yang melegenda di Kalimantan. Keberadaan kota tersebut masih menjadi tanda tanya, meskipun pada peta zaman Hindia Belanda disebutkan terdapat kawasan yang bernama Tandjoeng Soerandjana.

Kota Saranjana

Lokasi Kota Saranjana ,Selasa (10/01/2023) berdasarkan pendapat Dosen Pendidikan FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur, S.Pd., M.Hum menyebutkan bahwa terdapat beberapa versi terkait lokasi Kota Saranjana. Pertama, konon Kota Saranjana terletak di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Versi kedua menyebutkan kota tersebut berada di Teluk Tamiang, Pulau Laut

Dalam versi ketiga disebutkan secara lebih tegas bahwa lokasi daerah Saranjana terdapat di sebuah bukit kecil yang berada di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimatan Selatan.

Asal-usul Nama Saranjana

Sumber lain yang terkait Kota Saranjana,yang membuat mitos menjadi nyata harus dimulai dari kemitosannya. Pertama, ditinjau dari sudut pandang bahasa, nama Saranjana, Sarangjana, atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda mempunyai kesamaan dengan Sarangtiung.

Wilayah Seranjana berada di selatan Pulau Laut, sedangkan daerah Sarangtiung berada di utara Pulau Laut. Untuk menunjukkan kesamaan dan adanya hubungan perlu pendalaman.

Yang pasti, tinjaun bahasa tersebut menunjukkan tempat berupa ‘sarang’. Namun, Mansyur mengatakan bahwa untuk pembuktian unsur kesejarahan dalam konteks tersebut hanya sampai di sini. Karena, belum ada sumber yang menunjukkan hubungan kedua wilayah tersebut.

Artinya pendapat tersebut hanya pencocokan atau cocoklogi yang belum mampu sampai taraf hipotesis.

Kedua, jika dibandingan dengan kosakata India, “Saranjana” berarti tanah yang diberikan. Pendapat tersebut juga masih dalam cocoklogi. Terlebih belum pernah ditemukan peninggalan “wujud budaya” hasil Indianisasi di Pulau Laut.

ketiga, berdasarkan sumber lisan warga loga dalam publikasi, “Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency ” oleh Normasunah. Normasunah berpendapat bahwa sesuai mitos, Gunung Saranjana adalah jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun.

Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan, “Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata.

Dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan, lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh.

Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan”.

Kesimpulannya, nama Sambu Ranjana tersebut kemudian mengalami ‘evolusi’, dalam lidah lokal pelafalan menjadi ‘Saranjana’.

Dugaan Kerajaan Saranjana Asal Suku Dayak Samihim Sementara, apabila ditelusuri keberadaan Saranjana dalam perspektif ilmiah, terdapat dugaan bahwa Saranjana adalah wilayah kekuasaan dari suku Dayak yang mendiami Pulau Laut.

Suku Dayak tersebut adalah Dayak Samihim, subetnis suku Dayak yang tinggal di daerah timur laut Kalimantan Selatan.

Dengan bentuk negara suku dari suku Dayak Samihim, Kerajaan Saranjana muncul sebelum tahun 1660-an atau pada pra-abad ke-17 Masehi.

Kepala suku pertama adalah Sambu Ranjana yang semuanya menganut kepercayaan animisme. Dalam perkembangannya, Sambu Ranjana mulai memperoleh pengaruh Hindu lama.

Pada akhirnya, kelompok suku Daya Samihim meninggalkan daerah Saranjana, akibat adanya perang dengan kekuatan asing yang datang menggunakan perahu, menyerang penduduk, dan menghancurkan wilayahnya. Meskipun telah meninggalkan wilayahnya, nama pusat kekuasaan suku Dayak Samihim di Pulau Laut, masih bernama Saranjana.

Hipotesis Kota Seranjana

Hipotesis lain menyebutkan bahwa Saranjana merupakan mitos mengenai daerah atau pemerintahan kerajaan maju yang menjadi cita-cita Pangeran Purabaya dan anaknya, Gusti Busu dari Kerajaan Pulau Laut.

Sehingga wilayah Serajana adalah memori kolektif, yaitu sebagai negeri impian dari pemilik pertama tanah apanaze Pulau Laut.

Hipotesis kedua, mengarah kepada pemahaman bahwa Saranjana tidak nyata. Karena, posisi Saranjana hanya sebagai memori kolektif. Lama kelamaan, kota ini menjadi mitos sebuah wilayah impian atau negeri angan-angan masyarakat pendukungnya.

Untuk itu, mitos tersebutlah yang berkembang sampai sekarang. Dalam mitos tersebut selalu digambarkan Saranjana menjadi wilayah yang maju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *